KUNINGAN, TEROPONGMEDIA.ID — Bupati Kuningan Dian Rachmat Yanuar menyatakan bahwa daerahnya kini mengalami surplus beras, hasil produksi padi pada lahan sawah seluas 26.000 hektar.
Hal itu disampaikan Bupati Dian dalam kegiatan Jambore Penyuluh Pertanian Se-Jawa Barat 2025, yang digelar di Kabupaten Kuningan, pada Selasa (29/4/2025).
Menurutnya, Jambore Penyuluh Pertanian Se-Jawa Barat 2025 merupakan momentum penting untuk memperkuat hubungan antar pemangku kepentingan, bertukar pengetahuan, serta mengenalkan terobosan teknologi di bidang pertanian.
“Kegiatan ini menjadi sarana strategis untuk menjalin kerjasama erat antara petani, penyuluh, akademisi, dan pemerintah daerah guna mewujudkan sistem pertanian yang lebih maju dan mandiri,” jelas Dian dalam keterangan resmi Pemkab Kuningan, dikutip Rabu (30/4).
Dian menegaskan bahwa pertanian memiliki peran vital sebagai penopang kehidupan masyarakat, bukan semata-mata kegiatan ekonomi.
“Setiap bulir padi yang dihasilkan merupakan bagian dari upaya kolektif untuk menjamin stabilitas pasokan pangan,” tambahnya.
Bupati kemudian memaparkan capaian sektor pertanian Kuningan dengan luas lahan sawah mencapai 26.000 hektare dan surplus produksi beras 93.000 ton.
Capaian tersebut, kata Dian, diperkuat atas dukungan berbagai inisiatif seperti program bank pupuk, gerakan pangan murah, dan pengembangan urban farming.
Atas kontribusinya dalam pengembangan pertanian berkelanjutan, Dian dianugerahi penghargaan sebagai Bupati Peduli Penyuluh Pertanian oleh Ketua DPW PERHIPTANI Jawa Barat.
BACA JUGA
Tertinggi dalam 23 Tahun Terakhir, Stok Beras Nasional Capai 3,18 Juta Ton
Nol Impor Beras 2026
Di tempat yang sama, Menko Pangan Zulkifli Hasan menekankan peran krusial penyuluh dalam memperkuat ketahanan pangan nasional, dengan menyampaikan perkembangan positif stok beras nasional yang mencapai 3 juta ton per April 2025.
“Kami menargetkan nol impor beras pada 2026,” tegas Zulkifli seraya menjelaskan kebijakan harga gabah minimal Rp6.500/kg dan prioritas perbaikan infrastruktur irigasi.
Acara yang diikuti 1.000 penyuluh dari 27 wilayah di Jawa Barat ini diharapkan mampu menghasilkan solusi praktis untuk peningkatan produktivitas pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Lebih dari sekedar pertemuan rutin, jambore ini dirancang untuk menciptakan sinergi antar pemangku kepentingan dan menghasilkan rekomendasi kebijakan yang aplikatif di lapangan.
(Aak)