BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Demi memastikan penyembelihan hewan kurban berjalan dengan aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH), Dinas Pertanian Kabupaten Bandung mengadakan pelatihan dan memberikan sertifikasi untuk para jagal atau petugas penyembelih hewan kurban.
Kepala Distan Kabupaten Bandung Ningning Hendarsih mengemukakan, pihaknya secara aktif melakukan bimbingan teknis (bimtek) bagi jagal yang belum bersertifikat.
Sertifikasi ini dilakukan bekerja sama dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), serta sejumlah pengurus masjid di wilayah Kabupaten Bandung.
“Jadi dengan adanya sertifikasi halal membantu kepada masyarakat untuk menyediakan hewan kurban yang aman, sehat, utuh dan halal (Asuh). Mereka yang petugas menyembelih hewan kurban sudah punya sertifikat, betul-betul legalitas formalnya jelas, mereka dilatih bagaimana cara penyembelihan yang baik,” ujarnya, Senin (5/5/2025).
Baca Juga:
Daftar Harga Sembako Pasca Idul Adha 1445 Hijriah
Jelang Iduladha, DKPP Kota Bandung Terjunkan Ratusan Pemeriksa Hewan Kurban
Ningning mengklaim, jika antusiasme masyarakat terhadap pelatihan ini cukup tinggi. Pada 2021, tercatat sebanyak 530 orang mengikuti bimtek, kemudian 300 orang pada tahun 2024.
Sementara pada tahun 2025, bimtek dilaksanakan dua gelombang, yakni pada 24 Februari dengan 130 peserta dan 27 April dengan 100 peserta.
“Di samping pelatihan jagal, kami juga memastikan pengawasan ketat terhadap kesehatan hewan kurban,” imbuhnya.
Dia menuturkan, pemeriksaan dilakukan hingga hari H pelaksanaan Iduladha. Tahun ini, populasi hewan kurban di Kabupaten Bandung mencapai 30.050 ekor yang terdiri dari 12.097 sapi, 17.556 domba, 311 kambing, dan 86 kerbau.
“Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 29.816 ekor,” sebutnya.
Ningning menyebut, petugas medis yang disiagakan terdiri dari 12 medik veteriner, 23 paramedik veteriner, serta 4 staf bidang.
Meski jumlah tersebut belum sebanding dengan luas wilayah, Distan memastikan bakal mengoptimalkan peran semua petugas yang diperkuat dengan keberadaan 10 unit pelaksana teknis (UPT) pusat kesehatan hewan (Puskeswan) di 32 kecamatan.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Kabupaten Bandung Edi Kusno tak menampik jika penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masih menjadi tantangan.
Menurutnya, Kabupaten Bandung menjadi pasar potensial bagi sapi potong dari berbagai daerah seperti NTB, NTT, Bali, Madura, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, yang turut menyumbang pada penyebaran virus tersebut.
“Karena kita sebagai pasar yang cukup seksi untuk penjualan sapi dari Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, NTT, dan lain-lain. Virus PMK pasti ada di setiap daerah. Karena virus gak bisa diobati, tapi gejalanya bisa dicegah supaya tidak menyebar,” jelasnya.
Saat ini, diutarakan Edi, PMK ditemukan di 16 kecamatan dan 35 desa/kelurahan di Kabupaten Bandung. Dari 907 ekor ternak yang terdampak, sebanyak 675 ekor telah sembuh, 125 ekor masih sakit, 63 dipotong bersyarat, dan 44 ekor mati.
Untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, Distan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan melakukan pengawasan lalu lintas hewan kurban.
“Pemeriksaan dilakukan di titik masuk perbatasan seperti Banjar dan Losari. Hewan yang lolos pemeriksaan akan mendapat Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH),” katanya.
Setibanya di Kabupaten Bandung, hewan kurban dari luar daerah akan diisolasi terlebih dahulu. Pemeriksaan juga dilakukan secara berkala mulai dari satu bulan sebelum masuk ke lapak hingga hari H penyembelihan.
Edi menambahkan jika petugas di lapangan akan mendapat Surat Keputusan (SK) dari Distan untuk melaksanakan tugas pengawasan.
“Kami saat ini mulai bekerja keras, pasalnya sudah mulai ramai. Bahkan ada pelepasan paramedik,” pungkasnya. (Vil/Usk)