BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Telah berjalan sejak tahun 2015, program Kawasan Bebas Sampah di Kota Bandung sampai saat ini baru sentuh angka 28 persen dari total kawasan sebanyak 1.500 rukun warga (RW). Fluktuasi kenaikan dimulai ketika Bandung tengah menghadapi kondisi darurat sampah.
Plt. Kepala UPT Pengelolaan Sampah, DLH Kota Bandung, R. Ramdani, mengungkapkan total KBS saat ini berada diangka 466 RW. Jumlah tersebut terus mengalami progres sejak Maret 2025, yang saat itu baru menyentuh 415 kawasan.
Namun melihat angka tersebut tentunya masih jauh dari total kawasan RW yang ada di Kota Bandung. Ramdani mengatakan, ini merupakan langkah positif dalam memberikan percontohan bagi RW-RW yang belum mendeklarasikan kawasannya sebagai KBS.
“Ini artinya sekitar 28-29 persen RW sudah aktif dalam program ini. Harapannya, semakin banyak RW yang bergabung ke depan,” kata Ramdani, Rabu (14/5/2025).
Baca Juga:
Pemkot Bandung Alokasikan Dana Rp170 Miliar untuk Tangani Sampah
Tangani Sampah Secara Bertahap, Pemkot Bandung Gandeng Warga Wujudkan Kota Bebas Sampah
Dirinya menjelaskan, syarat utama agar sebuah RW masuk kategori KBS adalah adanya pemilahan sampah dari rumah tangga. Ramdani mengaku, KBS bukan berarti di kawasan tersebut sudah tidak ditemukan sampah. Akan tetapi, masyarakat sudah aktif menjalankan berbagain program terkait pengolahan sampah.
“Partisipasi warga bisa dimulai dari gerakan Kang Pisman yang merupakan singkatan dari Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan. Ini sejalan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), tapi dikemas dengan kearifan lokal Sunda,” ucapnya
Menurutnya, kesadaran warga adalah kunci. Jika dari tingkat rumah tangga sudah memilah sampah, maka proses selanjutnya jadi jauh lebih mudah.
Di tempat lain, Wakil Wali Kota Bandung, Erwin mengungkapkan, Pemerintah Kota Bandung sudah menargetkan 700 KBS bakal terlaksana di tahun 2025.
Menurutnya, pelibatan masyarakat amat penting untuk menyelesaikan segala problematika terkait permasalahan sampah di Kota Bandung. Hal tersebut untuk menyongsong Kota Bandung sebagai wilayah yang mampu mengolah sampah secara berkelanjutan.
“Dengan melibatkan masyarakat, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan,” kata Erwin. (Kyy/Usk)