BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Masyarakat suku Tengger di Gunung Bromo, setiap tahunnya rutin melaksanakan ritual Yadnya Kasada. Pada tahun 2025 ini, ritual tersebut akan dilaksanakan dari mulai tanggal 10 Juni 2025 pukul 00.01 WIB hingga 13 Juni 2025 pukul 24.00 WIB.
Selama ritual berlangsung, selain dibersihkan dari sampah yang ditinggalkan pengunjung, kawasan tersebut juga dipulihkan dari berbagai aktivitas wisata.
Ritual Yadnya Kasada yang disebut juga dengan istilah Larung Hasil Bumi ke Kawah Gunung Bromo merupakan tradisi sakral yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Suku Tengger. Mengutip laman resmi Pemerintah Kabupaten Pasuruan, tradisi ini menjadi simbol rasa syukur dan bentuk pengabdian umat Hindu kepada Sang Pencipta.
Yadnya Kasada mengajarkan nilai-nilai luhur seperti hidup saling membantu, rendah hati, serta senantiasa bersyukur atas karunia yang diberikan. Puncak prosesi ini ditandai dengan pelarungan berbagai hasil bumi seperti sayuran, buah-buahan, bahkan hewan ternak seperti ayam dan kambing ke dalam kawah Gunung Bromo.
Sebelum prosesi larung dimulai, ritual ini diawali dengan puja asisi bakti yang dipimpin oleh dukun pandita Tengger. Dilanjutkan dengan prosesi mulunen, yaitu pengangkatan dukun baru yang dipilih dari empat wilayah yaitu Kabupaten Lumajang, Malang, Pasuruan, dan Probolinggo. Dukun terpilih akan menggantikan dukun lama setelah menjalani rangkaian sembahyang dan doa.
Seluruh rangkaian upacara dilaksanakan di Pura Luhur Poten Gunung Bromo, tempat suci bagi umat Hindu Tengger. Prosesi dimulai dengan pembacaan kidung religi yang diiringi lantunan gamelan, penyucian tempat ibadah, pembacaan Kitab Suci Weda, serta kisah sejarah Kasada yang mengisahkan pasangan legendaris Roro Anteng dan Jaka Seger.
Menurut kepercayaan, Roro Anteng dan Jaka Seger adalah pasangan yang telah lama mendambakan keturunan. Setelah bertahun-tahun berdoa kepada para dewa, mereka pun dikaruniai 25 anak dengan syarat harus mengorbankan anak ke-14 sebagai bentuk pengorbanan dan syukur. Nazar ini kemudian dipenuhi tepat pada pelaksanaan Yadnya Kasada, menjadikannya sebagai inti dari ritual larung sesaji.
Setelah pembacaan sejarah Kasada, dilaksanakan ritual adat Nglukat, di mana umat Hindu menerima bija yang ditempelkan pada dahi, disertai dengan pembakaran dupa, pemercikan air suci, dan pemberian wewangian. Pada momen ini pula dilakukan serah terima jabatan dukun adat yang baru.
Setelah itu, masyarakat Tengger bersama-sama berjalan kaki dari Pura Luhur Poten menuju kawah Bromo untuk melarungkan sesaji. Sebagai penutup, masing-masing desa mengadakan selamatan yang dipimpin oleh dukun adat setempat.
Baca Juga:
Menariknya, tradisi pelarungan hasil bumi ini tak hanya dilakukan di Bromo, tetapi juga di sejumlah daerah lain seperti Blitar, Magetan, dan Probolinggo dengan makna dan filosofi yang serupa: ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen dan kehidupan yang diberikan.
Yadnya Kasada bukan hanya menjadi warisan budaya Suku Tengger, tetapi juga simbol keharmonisan antara manusia, alam, dan spiritualitas yang patut dijaga keberlangsungannya.
(Virdiya/Budis)